” Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, air sungai belum juga surut. Badan saya masih menggigil kedinginan karena pakaian yang melekat di badan semuanya basah. Satu hal yang ada dalam fikiran saya saat itu, PULANG !!! “.
Pesona hutan di provinsi paling barat Indonesia ini memang belum banyak dieksplorasi. Meski demikian, selalu saja ada tempat-tempat baru yang muncul di media sosial dan langsung menjadi incaran. Salah satunya adalah air terjun yang berada di kawasan hutan lindung Jantho, yaitu Air Terjun Peucari. Air terjun ini secara administratif berada di desa Bueng, kecamatan Jantho, kabupaten Aceh Besar, provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Antara Pergi & Tidak
Orang bilang jika kamu ragu-ragu untuk pergi, sebaiknya janganlah pergi. Demikian halnya saya kala itu, saat para sahabat merencanakan pergi ke air terjun Peucari, saya memutuskan untuk tidak ikut. Kondisi saya saat itu kurang fit, sehingga saya ragu apakah saya mampu trekking ke dalam hutan?, takutnya justru malah merepotkan. Menjelang keberangkatan mereka, kembali saya dihubungi untuk memastikan apakah saya yakin tidak mau ikut. Secara biasanya sayalah yang paling semangat kalau ada agenda perjalanan. Tetapi kembali saya katakan bahwa saya tidak ikut pergi. Akhirnya mereka berangkat dan saya hanya memantau perjalanan mereka dari grup whatsapp.
Selang beberapa lama, saya dihubungi Yasir sahabat saya. Ia mengajak saya pergi menyusul kawan-kawan tadi bersama Ibal dan Camoi. Saya tetap mengatakan tidak mau pergi. Tetapi ia terus menyakinkan saya dan mengatakan akan terus menunggu saya di simpang empat Lambaro sampai saya datang. “Ancaman” ini membuat saya goyah dan akhirnya memutuskan untuk ikut pergi bersama mereka ke air terjun Peucari.
Baca juga : Pencarian Mon Ceunong si Telaga Biru
Kehilangan Arah di Hutan Jantho
Hari menjelang siang. Saya, Yasir, Ibal dan Camoi sudah berkumpul di simpang empat Lambaro. Dengan menggunakan sepeda motor, kami langsung menuju kota Jantho. Jarak dari Banda Aceh ke Jantho tidaklah terlalu jauh. Ibukota kabupaten Aceh Besar ini hanya +- 60 km saja dari kota Banda Aceh. Setelah menempuh perjalanan selama +- 1.5 jam, kami sampai di kota Jantho. Sejenak, kami beristirahat sambil membeli perbekalan. Perjalanan kami lanjutkan menuju desa Bueng yang jaraknya +- 10 km dari kota Jantho. Jalan menuju desa ini tidak terlalu bagus. Kami terus berjalan menuju ujung desa hingga akhirnya kami bertemu dengan sungai (krueng) Jantho. Di seberang Krueng Jantho inilah kami memarkirkan kendaran. Kebetulan sungainya dangkal dan bisa dilewati sepeda motor. Dari sini perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki.
Jika ingin ke air terjun Peucari, harus melapor dan menggunakan guide lokal. Tarif guide lokal ini kisaran 250K-300K/ kelompok. Karena menuju air terjun Peucari belum ada jalur yang jelas dan masih banyak binatang buas, sehingga berbahaya jika kita berjalan tanpa ada guide.
Sahabat lasak, perjalanan kami ke air terjun Peucari ini tidak didampingi guide secara langsung, jadi sebelumnya kami berkoordinasi dengan kelompok yang sudah duluan pergi. Lagi pula Ibal dan Yaser “ngakunya” pernah ke air terjun Peucari dan “katanya” masih ingat jalan.
Awal perjalanan kami cukup lancar. Kami hanya melewati perkebunan masyarakat. Selanjutnya kami masuki hutan dan menyusuri sungai yang berbatu. Tidak ada tanda jalan dan mulai tidak ada sinyal. Di tengah perjalanan, kami mulai kehilangan arah. Beberapa kali kami hanya berputar-putar di tempat yang sama.Tampaknya Ibal dan Yasir lupa arah jalan dan mulai kebingungan. Melihat kondisi ini saya mulai khawatir dan menyarankan agar balik arah pulang, terlebih hari sudah menjelang senja. Tetapi mereka kekeuh ingin melanjutkan perjalanan. Saya mulai panik dan kadang terlontar kata-kata kekesalan. Kecewa kenapa Ibal dan Yasir lupa jalan. Menyesal kenapa saya jadi ikut. Gimana kalau kami gak bisa pulang? Haduhh 😔
Dalam kebingungan, kami memutuskan untuk beristirahat ditepian sungai sambil menyantap sisa bekal yang kami bawa. Suasana yang tegang berlahan mulai tenang. Kicauan burung yang bersahutan terdengar sangat indah. Sepasang musang berlarian di antara pepohonan menambah keceriaan suasana hutan. Yang paling menggembirakan adalah ketika Ibal dan Yasir mulai ingat jalan menuju Peucari. Perjalananpun kami lanjutkan seiring rintik hujan yang turun membasahi hutan.
Benar saja, tak lama kami berjalan, kami bertemu dengan rombongan kawan-kawan kami yang sudah duluan pergi. Tetapi mereka berjalan ke arah pulang. Gemercik suara air terjun pun mulai terdengar. Peucari, kami datang !!!
Baca juga : Menjalin Persahabatan di Bukit Jalin
Keindahan Air Terjun Peucari
Sebuah air terjun tampak gagah dihadapan kami. Tidak terlalu tinggi, mungkin hanya -+10 meter. Meski airnya keruh karena sedang musim penghujan, tetap tak mengurangi keindahan air terjun ini. Senyum kebahagiaan pun terpancar di wajah kami.
Sayangnya waktu kami terbatas. Kami harus melupakan mandi-mandi di bawah air terjun dan harus kembali pulang. Saat hendak berputar arah, Ibal dan Yasir mengajak saya dan Camoi untuk naik ke bagian atas air terjun. Saya sempat menolak karena hari sudah mulai gelap dan hujan pun turun deras. Tetapi mereka memaksa dan menyuruh saya mengikuti mereka. Saya tidak mempunyai pilihan, jadi mau tak mau harus mengikuti kemauan mereka. Perjalanan menuju ke bagian atas air terjun tidaklah mudah. Kami harus melewati semak belukar dan kadang harus berpegangan pada pohon rotan yang berduri. Belum lagi ada jalan turunan yang licin sehingga saya harus berjalan ngesot. Haduh… Cobaan apa lagi ini.
Tahukah sahabat lasak, sesampainya di bagian atas air terjun, ternyata ada air terjun lagi yang tidak kalah indah. Melihat air terjun ini, saya seperti melihat lukisan. Air terjun bertingkat tujuh yang sangat mempesona.
Kondisi air tejun Peucari lebih indah disaat musim penghujan. Debit airnya lebih banyak sampai melimpah ruah.
Saya yang tadinya ingin segera pulang, justru mau berlama-lama memandang air terjun ini. Camoi tak henti-henti megingatkan kami yang asik berfoto agar segera pulang. Selamat tinggal air terjun Peucari, semoga keindahanmu selalu terjaga. Hari semakin gelap, hujan pun semakin deras.
Hujan, Sungai dan Pulang
Perjalanan pulang kami tak kalah menegangkan. Hari sudah gelap dan hujan semakin deras. Belum lagi air sungai mulai meluap. Kami terus memacu langkah demi mengejar rombongan yang terlebih dulu berjalan pulang. Beruntung kami bisa menyusulnya. Tetapi muncul ketakutan baru ketika guide berkata ia melihat ada kotoran si Raja Hutan. Ia mengingatkan kami untuk hati-hati dan berjalan beriringan.
Syukurlah setelah dua jam berjalan di dalam hutan, kami sampai di ujung kampung. Tetapi rintangan belumlah usai. Sungai Jantho meluap dan sepeda motor kami tidak bisa menyebrangi sungai. Ibal dan sepeda motornya nyaris saja terseret arus saat mencoba melintasi sungai. Kami terjebak dan mulai menggigil kedinginan.
Melihat keadaan ini, guide meminta bantuan rekan-rekannya untuk mengevakuasi kami dengan bantuan tali tambang. Sambil memegangi tali, kami berjalan menyebrangi sungai. Saat itu, air sungai sudah berada di atas pinggang. Saya sudah tidak menghiraukan lagi barang bawaan, bahkan saya biarkan sandal saya hanyut terbawa arus. Berkat bantuan rekan-rekan dan para ranger, kami selamat menyebrangi sungai.
Kami semua berkumpul dalam sebuah pondok. Sepeda motor kami masih berada di seberang sungai. Walaupun hujan mulai reda, tetapi air sungai belum juga surut. Karena waktu sudah lewat tengah malam, akhirnya semua sepakat untuk bersama-sama mengangkat sepeda motor menyebrangi sungai. Dalam hal ini saya mohon ijin tidak bisa membantu, jadi saya dan beberapa kawan lainnya hanya menunggu di pondok.
Alhamdulillah, perjuangan kawan-kawan tidak sia-sia. Semua sepeda motor bisa diseberangkan. Tanpa berlama-lama lagi, kami pamit pulang. Hujan rintik masih memengiringi perjalanan kami menuju Banda Aceh. Sungguh perjalanan yang sangat panjang dan penuh perjuangan.
Sahabat lasak, gak semua perjalanan berjalan dengan mulus. Seperti perjalanan kami ini, siapa sangka penuh dengan rintangan dan cobaan. Semuanya menjadi pelajaran yang berharga. Perlu persiapan yang matang, baik untuk pribadi maupun kelompok. Perhatikan juga cuaca dan antisipasi jika hal yang tidak diinginkan terjadi. Keselamatan adalah yang utama.
Ini adalah Ibal, sahabat saya dan juga seorang photographer. Salah satu foto air terjun Peucari di atas saya ikutkan lomba di Instagram dan berhasil menjadi pemenang. Foto tersebut adalah hasil settingan Ibal pada kamera saya.
Sabtu, 04 April 2020
” Selama pandemi virus Covid-19, jangan lasak dulu ya, di rumah lebih baik”
Kaki Lasak : Travel & Food Blogger
Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131
saya termasuk orang yang senang berpetualang. Apalagi alam Indonesia yg terkenal eksotik dan autentik. Pengen sih, tapi gak ada yg ajak. Hahaha (kasian)
Yukk hehe
Saya suka juga, cuma kadang kd bahan candaan karena ga kuat n penakut, tapi ya itu selalu diajak haha
Wah lasak kali kakinya ya bang.. kebayang sejuknya, air terjunnya bisa bertingkat-tingkat kayak gitu. Keren
Hehe iya, macam foto kalender kan hehe
Kaki lasak bawaan ini huhu
Air terjun adalah teman bermain kami. Di Cianjur banyak terdapat air terjun (Curug) lebih kami suka mendaki gunung, sering setelahnya mampir ke air terjun sekalian bersih-bersih
Wah iya, di sana emang banyak bgt curuq, bbrp saya pernah ksana juga hehe
Wah air terjunnya indah sekali, terbayar lunas deh Bagaimana susahnya dan deg-degan nya dalam pencarian air terjun ini. Saya pasti mau berlama-lama di situ bermain air, foto-foto sampai puas baru mau pulang
Iya betul, sayang kami kesorean and hujan pula, jadinya lsg balek hehe
Ya ampuuuun…. Apa kabar Jantho? Waktu SD aku sering diajak ortu ke sana. Yang aku inget banget, pernah naik jip lewat jalan yang serasa jalur off road gitu.
Wah, pernah stay di Aceh yaaa
Bisa jadi trip kami satu jalur yg pernah dilewati nih
Sekarang udah mendingan kota loh hehe
Aku baca paragraf pembukanya, langsung penasaran dong. Ternyata pengalaman nyari air terjunnya bikin berdebar. Jadi inget kata kakek nenek, kalau insting atau feeling nggak enak mendingan jangan. Karena itu bisa jadi firasat. Alhamdulillah bisa segera turun kembali ya, kak. Degdegan banget pas dibilang ada kotoran raja hutan. Bikin ikut kerasa takutnya
Hehe iya, ternyata feeling banyak kejadian ga enak
Alhamdulillah selamat hehe
Begitu baca judulnya saya bertanya-tanya, air terjun Peucari ini di daerah mana? Ternyata ada di Aceh. Bagus banget viewnya. Selalu suka sama gemericik air kalau pas ngunjungin air terjun, apalagi lihat sekelingnya yang asri dan hijau.
Dari dulu saya pengen banget ngunjungin Aceh, moga suatu saat nanti kesampaian ke sana.
Iya, di Aceh ni
Paling barat Indonesia
Semoga bisa ke Aceh kelak yaa
Amiin
Waduh, sebagai anak Aceh, saya malah belum sempat main ke sini, nih! Keren banget ya? Indah dan fresh luar biasa alamnya.
Duh aku yang baca ikut deg-degan kak. Itu ada kotoran harimau jauh dari pemukiman warga campur hujan. Tapi memang pemandangannya top deh. Kayak foto di kalender cantik..
Aceh memang salah satu habitat asli Harimau sumatera. Tapi ya harimau itu sebagaimana satwa liar lainnya gak bakal mengganggu selama kita gak mengganggunya mba. Kalo mau aman sih, bawa masyarakat lokal saja yaa sebagai guide.
Betul kak, makanya kami bawa guide local n berkelompok, biar aman dan menjaga kl terjadi apa apa.
Aish, saya malah panggil Mas Sani ‘mba’ di komentar sebelumnya. Hahahaha. Maaf ya mas. Minggu depan mau jalan kemana lagi nih?
Haha ga apa
Skrg ni stay at home aja dulu huhu
Tempatnya sungguh memesona. Masih asri, pastinya anak- anak akan senang jika ke sini.
Waduh, kalau wisata keluarga kayaknya blm cocok, situasi medan jalan blm bgs alias masuk hutan hehe
Hehe betul, saya berfikir juga mirip kalender hehe
Apalagi yg menjalani nih, takut haha
Perjalanan pulangnya cukup ngeri ya, air sungainya meluap. Jadi memang perlu memastikan dulu ya kondisi cuacanya supaya kegiatan travelingnya menyenangkan dan juga aman….
Iya, kami kurang prepare dan jd pengalaman. Untungnya ga banjir bandang hehe
Mas Sani, foto-foto air terjunnya kayak foto kalender, rancak banaaaa. Hihihi. Duh, saya jadi kangen kampung halaman saya di Pasaman Barat. Di sana ada daerah namanya Ujung Gading, ada air terjun kece banget, namanya Air Terjun Sipagogo dan Air Terjun Situak. Itu subhanallah banget indahnya, hampir mirip kayak gini. Cuma ya karena memang aksesnya jauh, jadinya belum begitu populer di kalangan wisatawan luar daerah.
Hehe, betul kak, saya juga mikirnya kayak kalender hehe
Ini pun wistatawan local aja karena masuk hutan. Wah, sumatra barat emang kece, saya pernah ksana tapi ekplor yg umum2 aja hehe
Cantik banget air terjunnya.
Kalo saya yang nyasar, pasti saya udah nangis itu gara-gara inget cerita horor nyasar di hutan
Hahhaa saya juga pengen nangis, tp malu haha
Pengen nyemplung ke air terjunnya. jernih banget. jadi inget masa muda dulu sering ke coban alias air terjun. skrg udah gak pernah lagi.hiks
Hehe iya, seger kl mandi
Dah berubah genre ya mas hehe. Yg penting pernah kasak mas hehe
Ternyata pulau yang berada di ujung barat Indonesia ini memiliki keindahan alam yang tersembunyi.
Seperti di Aceh ini, keindahan alam dengan air terjun yg belum banyak tersentuh oleh orang lain, jika di manfaatkan akan menambah daya tarik pariwisata daerah.
Iya, di Aceh ni banyak tpt indah
Cuma blm tersentuh oleh wisatawan luar Aceh karena akses blm bgs hehe
Keren banget itu foto air terjunnya. Pakai aplikasi apa sih editing nya? Kasih tahu dooong hehehe kan pengen bisa juga nih
Hehe enggak kok cuma pake shampoo hhahaha
Bcanda mbak. Pake snapsheed, tp hanya terbatas mempertegas dan crop aja
Emang viewnya bgs hehe
Ternyata di Aceh banyak destinasi yang menarik ya, apalagi bagi yang suka dengan nuansa alam. Air terjun Peucari menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke Aceh.
Apalagi buat aku yang memang belum pernah ke Aceh,juga ikut tertarik ingin berkunjung ke air terjun Peucari
Iya, di Aceh masi banyak tempat yg berpotensi unt jd destinasi wisata. Tp kbanyakan masi di plosok, jd localan aja yg datang hehe
Masyaallah bang Sani, tulisannya selalu bikin takjub
Ngga hanya petualangan juga foto fotonya
Sebulan berapa kali pergi bang?
Hehe, sebenarnya hampit saban minggu ada aja pergi kemana gitu
Tp kondisi gini jd manyun dulu hehe
Masya Allah bagus banget Ka air terjun, perjuangan pun membuahkan hasil ya meski jarak dan sempat kehilangan arah tapi melihat pemandangan disana terbayar sudah
Iya, terbayar sama viewnya
Tapi pulangmya tambah penat haha
Paling serem kalau jalan2 ke tempat yang baru terus nyasar hehehe. Btw itu air terjun 7 tingkatnya indah banget yak.
Iya, kawan sih lupa jalan hehe.bgs emang kayak foto kalender haha
Kirain bakalan beneran ketemuan sama Singa, Bang. Selalu keren nih tulisannya Bang. Betah banget bacanya.
Waaah, keren banget kak tempatnya. Di atas air terjun ada air terjun lagi, jadi pengen berendem disana, pasti seru banget ya. Smg next bisa kesana juga
Hehe iya, seru bgt, ngeri tapi ga kapok haha
Moga bs ksini yaa
Haduh singa yaa haha
Iya, disini masi banyak harimaunya
Makasih dah baca hehe
Eyaampun Bang, cakep banget ya air terjunnya. Pendek-pendek tapi indah. Kayak di sebuah telenovela dulu, aku pernah lihat air terjun yang begini. Bikin aku jadi kepengen nyemplung-nyemplung deh 😀
Hehehe, iya sayangnya kami ga mandi huhu
Padahal pengen juga berendam lama huhu
Maa syaa Allaah ternyata di atas air terjun Peucari ini masih ada air terjun bertinkat ya Bang. Indah sekali pemandangannya apalagi kalau bisa menatap langsung. Eh tapi baca cerita perjalanannya baik pada saat pergi maupun pulang cukup menegangkan juga ya Bang. Untung aja nggak sampai tersesat dan bisa pulang dengan keadaan selamat meski sendal dibiarkan terbawa hanyut, hehe.
Hehe iya, padahal sandal baru loh, sandal gunung branded. Makanya sampe aku tulis karena sayang sekali haha
Waduh perjalanan yang teramat beresiko. Mungkin lain kali kudu sabar dulu ya menunggu semua aman dan nyaman. Untung aja bisa nyebrang sungai yang banjir. Eh btw masih ada binatang buas dan itu ngeri sekali ya. Tapi air terjunnya emang keren banget kayak yang di lukisan-lukisan itu
Iya, kurang persiapan hehe
Iya di hutan Aceh masi banyak binatang buas
Tp akhirnya berhasil, dapat foto air terjun yg spt lukisan hehee
Perjuangannya sepadan dengan hasil yang didapatkan, jadi pengalaman yang tak terlupakan juga pastinya
Iya, pengalaman bgt
Banyak kisah serunya hehe
Wah keren petualangannya. Sampe ikut deg2an juga bacanya. Pengalaman yang seru dan tak akan terlupakan
Hehe tp meski banyak kejadian ngeri, ga kapok juga haha
Air terjun bertingkat tujuh ini bagus sekali ya kk. Apalagi kalau berpetualang kemari sambil cari udara segar. Udah lama pengen jalan ke air terjun.
Iya kayak foto2 kalender haha
Iya kak, rinduuu pengen lasak huhu
Duh kebayang segernya..sudah lama banget ga jalan2 ke air terjun.. Semoga wabah cepat berlalu dan bisa jalan2 lagi hehe…
Iya kak, kami juga kangen lasak ke hutan huhu
Wah. Ini mah terbayar, Air terjunnya keren banget. Ada yang berundak pula. Sudah kayak di luar negeri2 gitu.,
Hehe iya, kami juga terkagum2 liatnya
Ilang capeknya
Tp plgnya lebih capek lagi haha
Ah, jadi kangen pengen ke loksado. Dengan air terjun yang indah mirip air terjun peucari.
Oh ya? Saya jd penasaran juga sama Loksado haha
Ayo…kita ke loksado