Siapa sangka ternyata kompleks candi Hindu-Budha terluas se-Asia Tenggara terletak di provinsi Jambi, yaitu Candi Muaro Jambi. Kawasan candi peninggalan kerajaan Sriwijaya ini pertama kali ditemukan pada abad ke-19. Kompleks candi seluas 3.981 hektar ini berlokasi di tepian sungai Batanghari, desa Muaro Jambi, kecamatan Maro Sebo, kabupaten Muaro Jambi. Jarak dari kota Jambi sejauh 23 kilometer ke arah timur dengan waktu tempuh 40 menit menggunakan sepeda motor.
Sahabat lasak, ketika saya berkunjung ke kota Jambi, sengaja saya siapkan waktu untuk pergi ke Candi Muaro Jambi. Saya pergi bersama bang Salim, tukang ojek yang saya sewa. Apa saja yang saya lihat dan dapatkan saat berwisata di Kawasan Candi Muaro Jambi, berikut ulasannya.
Sejarah Candi Muaro Jambi
Diduga, selain peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya, Candi Muaro Jambi juga merupakan sisa peninggalan Kerajaan Melayu. Penemuan kawasan candi ini bermula atas laporan tentara Inggris bernama SC Crooke pada tahun 1824. Beliau adalah seorang Perwira Angkatan Laut Inggris yang sedang melakukan pemetaan daerah aliran sungai di Jambi. Barulah pasca kemerdekaan di tahun 1975, pemerintah serius melakukan pemugaran kawasan percandian Muaro Jambi. Berdasarkan prediksi para ahli, awal mula pembangunan kawasan ini sekitar abad 7 atau abad 12 Masehi.
Sebelum menjadi destinasi wisata bersejarah seperti sekarang, dulunya kompleks candi ini diduga digunakan sebagai tempat beribadah dan pusat pendidikan Budha. Prediksi ini merupakan hasil penelitian dari dari berbagai artefak dan arca Buddhisme yang ditemukan di kawasan candi.
Pada tahun 2009 secara resmi komplek candi ini ditetapkan sebagai situs budaya warisan dunia oleh UNESCO. Penetapan ini tentunya suatu kebanggan bagi bangsa Indonesia.
Baca juga : Wisata Mandeh dalam Sehari, Inilah Hasilnya
Komplek Candi Muaro Jambi
Sahabat lasak, begitu saya sampai di Kawasan Percandian Muaro Jambi, saya disambut oleh bang Amin, salah seorang penjaga di pintu masuk. Beliau memberi penjelasan singkat tentang Kawasan Candi Muaro Jambi yang merupakan Cagar Budaya Nasional (CBN). Di dekat kompleks pintu utama percandian ini ada dua candi utama yg bisa kita kunjungi, yaitu candi Gumpung dan Candi Tinggi. Selain itu ada candi-candi kecil lainnya, seperti Candi Gumpung II, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu dan Kolam Telago Rajo. Beliau juga mengingatkan untuk tidak membawa makanan dari luar. Sedangkan untuk minuman pribadi dengan tumbler diperbolehkan. Tidak perlu khawatir, jika haus atau lapar, ada banyak kedai di kawasan ini.
Setelah membayar retribusi Rp. 9.000,- dan parkir sepeda motor Rp. 3.000,- , saya langsung masuk menuju kawasan candi. Meski ada pilihan sewa sepeda dan bentor, saya memilih untuk berjalan kaki. Itung-itung berolah raga.
Setiap candi memiliki karakteristik tersendiri, dengan luas dan tinggi yang berbeda. Candi yang pertama kali saya jumpai adalah Candi Gumpung. Candi ini cukup besar dan gagah dengan patung Makara di depannya. Induk Candi Gumpung berukuran 17,9 x 17,3 meter, sedangkan candi perwara atau pengiringnya berukuran 9.85 x 9,75 meter.
Tak jauh dari Candi Gumpung, saya berjalan ke Candi Tinggi. Candi ini tak kalah luas dengan candi Gumpung, yaitu berada di lahan seluas 2,92 hektar. Bangunan Induk Candi berbentuk bujur sangkar berukuran 16 meter persegi dengan ketinggian mencapai 7,6 meter. Selain itu ada 6 bangunan candi pendukung dan dikelilingi oleh parit.
Saya sempat berbincang dengan bang Sulaiman, salah satu satpam di kawasan candi. Beliau menceritakan bahwa di kawasan Candi Muaro Jambi seluas 3.981 hektar ini, terdapat 84 situs candi. Angka ini tentunya angka sementara, karena kemungkinan masih ada candi-candi lainnya yang belum ditemukan. Sampai saat ini, sudah ada 12 candi yang sudah direstorasi. Sedangkan candi ke-13 masih dalam proses restorasi, yaitu Candi Parit Duku. Proses restorasi candi sendiri memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Selanjutnya saya berjalan menuju Kolam Telago Rajo. Sayangnya saya salah lokasi. Saya berjalan terlalu jauh dan tidak melihat papan informasi, sehingga kolam yang saya lihat bukan Kolam Telago Rajo, melainkan kolam rawa yang berada di ujung jembatan kayu.
Kolam Rawa yang sempat saya foto ketika mencari Kolam Telago Rajo.
Sebagai informasi, air Kolam Telago Rajo inilah yang dibawa oleh Gubernur Jambi Ke Ibu Kota Negara (IKN), di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Keistimewaan kolam ini, selain sebagai tempat membersihkan diri raja-raja dahulu, juga sebagai tolak ukur pasang surutnya air di sungai Batanghari.
Sahabat lasak, Kompleks Candi Muaro Jambi sangatlah asri, bersih dan terawat. Fasilitas di kawasan ini pun lengkap dan memadai. Sambil beristirahat, saya membayangkan betapa majunya peradaban masa itu. Sudah ada kawasan pemukiman, sistem jaringan perairan, serta pusat pendidikan. Bagi saya, satu hari tidaklah cukup untuk menjelajahi semua candi di kawasan ini. Candi-candi lainnya tidak sempat saya kunjungi, seperti Candi Kedaton, Candi Koto Mahligai, Candi Kembar Batu, Candi Gedong, Candi Astano dan candi-candi lainnya.
Kompleks Candi Muaro Jambi meliputi delapan desa. Kedelapan desa tersebut adalah Desa Muaro Jambi, Desa Kemingking Dalam, Desa Kemingking Luar, Desa Danau Lamo, Desa Danau Baru, Desa Teluk Jambu, Desa Tebat Patah, dan Desa Dusun Mudo. Terbayang, betapa luasnya komplek percandian peninggalan Budha ini.
Selain bangunan, di kawasan ini juga terdapat ruang pamer Pusat Informasi Kawasan Percandian Muaro Jambi. Di sini kita bisa melihat arca, artefak keramik, batu bukan arca, batu bukan artefak, berbagai jenis logam dan ribuan koleksi temuan benda lainnya.
Baca juga : Lapangan Haji Adam Malik Pematang Siantar, Mengenang Sosok Pahlawan Nasional
Keunikan Candi Muaro Jambi
Sahabat lasak, Candi Muaro Jambi memang tidak sepopuler candi-candi di Jawa. Saya sendiri mengetahui candi ini saat berkunjung ke Jambi. Tetapi ada banyak hal unik dan menarik di kawasan candi ini. Sebagai kawasan candi terluas di Asia Tenggara, pada masanya kawasan ini berperan penting dalam pendidikan dengan skala internasional, seperti pelajar dari China, Tibet, serta India.
Dengan keterangan luas mencapai 3.981 hektar maka jika dibandingkan dengan Candi Borobudur, luasnya sama dengan 8 kali lipatnya. Uniknya, candi-candi di kawasan Candi Muaro Jambi terbuat dari susunan Batu Bata. Bata-bata ini mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, seperti bata bercap kaki kecil manusia, bercap kaki binatang, bata dengan relief mata kala dan bata berukir sulur-sulur daun.
Tentunya PR bagi kita, karena masih banyak candi yang belum direstorasi. Ada banyak gundukan tanah dan reruntuhan bata kuno yang disebut sebagai Menapo-menapo, terindentifikasi sebagai candi.
Ada dua mitos yang dipercayai dari tempat bersejarah ini. Pertama, ketika datang bersama pasangan maka diramalkan hubungan tidak akan bertahan lama. Kedua, jika mencuci muka di sumurnya maka kamu bisa awet muda. Percaya tidak percaya, tetapi mitos ini selalu disampaikan warga setempat kepada pengunjunjung.
Di sekitar Kawasan Candi Muaro Jambi, terdapat desa wisata. Jika kita punya waktu lebih, kita bisa menginap di rumah-rumah penduduk sambil melihat kehidupan masyarakat di tepian sungai Batanghari, sungai terpanjang di Sumatra.
Sebagai informasi, sarana transportasi menuju Candi Muaro Jambi masih belum banyak. Menurut informasi yang saya dapat, bahwa pada akhir 2022 lalu pemerintah menjanjikan rute wisata dari Bandara Sultan Thaha ke Candi Muaro Jambi. Moda transportasi tersebut berupa bus pariwisata bernama Bus Trans Siginjai yang dikelola oleh Organda bekerja sama dengan pemerintah. Tetapi saat saya di kota Janbi, tranportasi tersebut tidak tampak beroperasi, sehingga saya memutuskan menggunakan jasa sewa ojek.
Sahabat lasak, ada banyak hal seru dan menarik saat menjelajahi Kawasan Candi Muaro Jambi. Mulai dari wisata sejarah, alam, dan juga berbagai kuliner UMkM khas Jambi. Jadi jika ada kesempatan untuk berlibur, wisata ke Jambi bisa jadi pilihan kamu.
Medan, 29 Mei 2023
“Lasaklah sejauh dan sebisa mungkin karena hidup bukan diam pada suatu tempat”
Kaki Lasak : Travel & Food Blogger
Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131
Baru tahu tentang candi Muaro Jambi, selama ini tahunya cuma candi Borobudur aja.
Oh iya Apakah semua yang disebut candi itu identik dengan tempat-tempat bersejarah keagamaan bagi umat Hindu dan Budha?
Baru tahu kalau ada banyak candi ini dalam satu komplek. Jadi ini dulunya dipakai beribadah oleh yang beragama Budha, lalu dipakai yang beragama Hindu ya?
Kalau yang saya baca, oleh agama budha. Sampai saat ini pun banyak yang sembahyang oleh pelancong china yang datang
wah sebagai warga ikn jadi penasaran nih dengan air yang dibawa oleh gubernur jambi ke Penajam paser utara. apakah dicampurkan dengan mata air disini ya… seru sekali liburannya kak ke candi muaro jambi gini ya
Baru tau ada kawasan candi di Jambi yang ternyata terluas se Asia Tenggara
Mengingatkan saya akan kawasan candi Dieng yang pastinya gak seluas itu
Iya Ambu, saya juga baru tau kok pas ke Jambi, cuma memang candi di sini tidak sepopuler candi2 di Jawa.
Yang aku tau di Sumatera itu ada candi Portibi di Sumut sama candi Muaratakus di Riau dan itu ada di buku pelajaran Sejarah yang aku hafal sampe sekarang. Dan ternyata ada juga candi Muaro Jambi…
Saya baru denger saya Candi Muaro Jambi ini, ternyata candi ini termasuk candi Hindu-Budha yang terluas se-Asia Tenggara ya.
Semoga suatu saat bisa melihat langsung candi ini juga.
Saya pernah ke Candi Muaro Jambi ini pada tahun 2019..Memang luas banget areanya. Dan aksesnya saat itu hanya kendaraan pribadi dari pusat kota Jambi. Sayang sekali kalau sampai saat ini akses masih sulit, padahal besar potensi wisata di sini. Semoga diperbaiki ke depannya
Jaman dulu pun sudah tercipta keharmonisan antar pemeluk agama tertua di Indonesia ya, seneng deh klo diriku juga punya kesempatan mengeksplor Jambi. Semogaa
Luas banget ya..
Yang bikin amazing adalah Candi Muaro Jambi ini 8x luas Borobudur yaa..
Jadi harapannya bisa lebih meluas kebermanfaatannya untuk mengenal sejarah penyebaran agama juga Kerajaan yang pernah ada di Jambi.
Waktu sekolah belajar situs sejarah tentang Candi Muaro Jambi mengasikkan, dan Alhamdulillah terus terjaga ya kak.
Biasanya candi di pulau Jawa ya, ternyata di Sumatra juga ada di Jambi, jadi nambah pengetahuan sejarah nih, bukti nyata
Wah itu yang mitos pasangan ga bertahan lama untuk pasangan sah atau yang masih pacaran ya ? Hehe
Hampir sepuluh tahun tinggal di salah satu kabupaten di Jambi, tapi saya ndak pernah tau apalagi mengunjungi ini candi.
Jadi malu sayah..
Wah perjalanan keren Bang Sani, jadi merasa ikutan berkunjung ke sana.
Cocok juga ini jadi program edukasi sejarah bagi keluarga ya.
Wah ternyata peninggalan sriwijaya yang tertua ada di Jambi yaa … bagi pelancong sejarah budaya wajib ke sana nih kayaknya.
Terlihat dari bangunan candi muaro jambi ini memang dari bangunan kuno, namun masih terlihat gagah dan kuat juga bangunannya. Mudah2an, sebagai generasi muda bisa menjaga budaya bangsa agar dikenal dunia.
Jadi candi gak identik di pulau Jawa aja ya bang. Ternyata di Sumatera, tepatnya di jambi ada juga candi peninggalan Sriwijaya
Candi muaro jambi ini mudah-mudahan terus terjaga ya bang agar kekayaan budaya kita tidak hilang.
Unik juga nih candi Muaro Jambi, terbuat dari bata bukan batu seperti Candi Borobudur. Perlu perawatan ekstra sebenernya, karana bata mudah lapuk dan berlumut. Semoga tetap dijaga ya sebagai bukti sejarah.
Engga apa-apa lah, engga usah jadi objek wisata. Takutnya malah rusak, dinaikin orang-orang cuma buat selfie. Duuuh gimana kalau ambrol…amit-amit…
kalau ingin menikmati area candi Muaro Jambi ini perlu waktu sehari ya biar puas gitu saking luasnya
Untuk kolam renangnya bener bener alami ya mas Sani, biasanya kalau aku liat di area candi lain atau keraton misalnya, kolamnya kayak udah dibangun sama material seperti batu bata gitu. Yang disini bener bener alami
Unik sekali ya bangunannya. Kadang juga penasaran kayak apa kehidupan zaman dulu dimana masyarakatnya masih hidup dengan candi sebagai tempat ibadahnya.
Baru tau tentang candi ini, ternyata ada komplek candi besar juga ya selain di Jawa, bisa jadi referensi buat belajar budaya Hindu-Budha di Sumatera nih kalau ke Candi Muaro Jambi
Baru tahu candi ini. Beberapa kali berkunjung di candi yang ada di Jawa. Jadi penasaran dengan candi luar pulau. Apalagi yang terluas se asia tenggara ini.