Select Page

Keindahan pulau Samosir tidak hanya di kenal di Indonesia, tetapi juga dunia. Pulau yang berada di tengah danau Toba ini selalu mencuri perhatian wisatawan yang berkunjung. Pulau dengan luas 630 km3 dengan ketinggian 1.000 mdpl ini tidak hanya kaya akan destinasi wisata alamnya, tetapi juga kaya akan adat, budaya serta cerita rakyatnya. Saya sudah sering kali ke menjelajahi pulau Samosir, tetapi belum pernah mengelilinginya. Karena itu saya sengaja meluangkan waktu satu hari untuk mengelilingi pulau melalui jalan lingkar pulau Samosir. Saya berkeliling menyewa bentor atau becak motor bang Benny Sitohang seharga 250K all in. Destinasi apa saja sih yang berhasil saya kunjungi selama mengelilingi pulau Samosir? Ini dia ceritanya.

1. Jembatan Tano Ponggol

pulau samosir

Perjalanan saya mulai pukul 08.00 pagi dari jembatan yang menjadi gerbang penghubung antara daratan Sumatra dengan pulau Samosir, yaitu Jembatan Tano Ponggol. Ya, ke pulau Samosir tidak harus menggunakan kapal ferry, tetapi ada sebuah jembatan sepanjang +- 16 meter yang merupakan satu-satunya akses menuju pulau Samosir melalui jalan darat. Saat ini Jembatan Tano Ponggol dalam pengerjaan proyek kontruksi Jembatan Aek Tano Ponggol sepanjang 294 meter yang nantinya bisa dilewati kapal pesiar. Jembatan yang yang nantinya akan menjadi salah satu ikon Samosir ini akan selesai di tahun 2022.

2. Taman Reklamasi Putri Lopian

pulau samosir

Setelah melewati Pangururan, ibu kota kabupaten Samosir, saya singgah di Taman Reklamasi Putri Lopian. Sebuah taman kota yang berada di tepian danau Toba. Taman ini berada di Pardomuan I, Pangururan. Lokasinya gak terlalu jauh dari pusat kota, yaitu hanya +- 6.7 km saja, dekat dengan Taman Liberty Malau. Nama resmi taman ini adalah Taman Reklamasi, tetapi karena lokasinya berada di kawasan jalan Putri Lopian, maka orang-orang sering menyebutnya dengan Pantai Putri Lopian. Taman Reklamasi – Putri Lopian selesai dibangun pada tahun 2018 lalu. Memasuki taman ini gratis dan buka 24 jam. Layaknya taman kota, taman ini berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dengan pemandangannya indah danau Toba.

3. Bukit Sitalmak-talmak

pulau samosir

Setelah 30 menit berkendara dari Taman Reklamasi Putri Lopian, saya tertarik untuk singgah di tepian danau Toba, desa Simbolon Purba, kecamatan Palipi. Tampak di seberang danau sebuah bukit hijau yang sangat indah bernama bukit Sitalmak-talmak. Bukit ini berada di desa Sihotang, kecamatan Harian, Samosir, daratan Sumatra. Landscape gugusan perbukitan hijau mempesona berpadu dengan danau Toba. Saya takjub meilhatnya, serasa berhadapan dengan layar TV LCD yang memutar Channel National Geographic.

Baca juga : Bolu Toba Medan, Kini Hadir di Merdeka Walk

4. Pelabuhan Nainggolan

pulau samosir

Selain nama marga, Nainggolan adalah nama sebuah desa, sekaligus kecamatan di kabupaten Samosir. Di desa ini ada sebuah pelabuhan penyebrangan kapal ferry dan kapal kayu yang bernama Pelabuhan Nainggolan. Pelabuhan ini berada di jalan Sibonor Ompu Ratus, Nainggolan, Kabupaten Samosir. Dengan jadwal tertentu, kapal di pelabuan ini mempunyai rute ke Muara, Sibandang dan Sipinggan. Mungkin karena tidak ada jadwal kapal, suasana pelabuan tampak sepi. Tapi justru suasana pagi di pelabuhan Nainggolan tampak tenang menghanyutkan. Sesekali tampak perahu nelayan melintas mengitari danau. Dari pelabuan ini, kita juga bisa melihat pulau Sibandang yang merupakan salah satu pulau terbesar di danau Toba.

5. Batu Guru Pangaloan

pulau samosir

Perjalanan saya lanjutkan menuju Batu Guru Pangaloan. Sebuah batu yang berada di danau Toba dengan cerita rakyat yang mengandung filosofi orang Batak. Batu ini berada di pantai Pangaolan, desa Harian Silulu, dusun III, kecamatan Nainggolan, Samosir. Ukuran Batu Guru cukup besar, dengan diameter +- 50 meter dan tingginya +- 5 meter dari permukaan danau. Kabarnya Batu Guru ini tidak menyentuh dasar danau langsung, melainkan ditopang oleh 3 batu lain yang ukurannya kecil. Karena hal ini, Batu Guru dijuluki sebagai simbol “Dalihan Na Tolu”, sebuah filsafat suku Batak Toba Samosir, yaitu Somba Mar Hula-hula, Manat Mardongan Tubu dan Elek Marboru. Cerita rakyat tentang Batu Guru ini sangat menarik. Konon dahulu kala, Batu Guru adalah batu yang meresahkan rakyat karena bisa berpindah-pindah tempat. Dikisahkan, dulu apa pertarungan raja-raja Batak yang beradu kesaktian dan melibatkan dua buah batu besar. Akibatnya, salah satu batu terlempar ke danau. Batu yang terhempas ke danau inilah yang sering berpindah tempat dan membuat warga khawatir. Akhirnya dibuatlah sayembara untuk menjinakkan sang Batu. Adalah Datu Parulas atau Datu Parultop, orang sakti yang mengikuti sayembara ini dan berhasil menjadi pemenang. Hingga sekarang Batu Guru tidak berpindah dan berubah arah lagi. Karenanya Batu Guru ini sering disebut juga sebagai Batu Guru Datu Parulas.

6. Pelabuhan Onan Runggu

pulau samosir

Selanjutnya saya singgah di pelabuan Onan Runggu, salah satu pelabuhan yang cukup besar di Samosir. Pabuhan ini berada di kecamatan Onan Runggu. Sejak bulan Juli 2020, di pelabuhan ini beroperasi KMP Pora-pora dengan rute Onan Runggu, Samosir ke Balige, Toba. Nama Pora-pora sendiri diambil dari nama ikan khas danau Toba, yaitu ikan Pora-pora. KMP Pora-pora beroperasi setiap hari, kalau dari Onan Runggu berangkat pukul 4 sore, sedangkan dari Balige pukul 10 pagi.

7. Terasering Huta Hotang

pulau samosir

Setelah Onan Runggu, perjalanan mulai melewati perbukitan. Danau Toba pun mulai tampak dari ketinggian. Saat melewati desa Huta Hotang, saya melihat keindahan panorama terasering persawahan di lereng bukit. Saya cukup suprise, ternyata sejak dulu orang Batak Toba sudah mengenal teknik persawahan terasering. Sayangnya kondisi padi sudah panen, mungkin jika saat padi menguning pemandangan akan lebih indah. Huta Hotang sendiri sebuah desa yang berada di kecamatan Onan Runggu, Samosir yang mempunyai pemandangan perbukitan dan danau Toba yang indah di sepanjang jalan lintas Samosir.

8. Penatapan Sipira Nauli

pulau samosir

Danau Toba lebih indah di lihat dari ketinggian. Itulah sebabnya saya berhenti sejenak untuk melihat keindahan danau dari Panatapan Sipira Nauli. Sipira merupakan nama desa yang berada di kecamatan Onan Runggu. Desa ini bersisian dengan danau Toba. Posisinya yang berada di ketinggian membuat danau Toba terlihat sangat indah. Bentangan danau Toba dan gugusan perbukitan diseberangnya menjadi daya tarik kawasan ini. Sayangnya tidak ada tempat khusus untuk menyaksikan keindahan pemandangan, jadi kita bebas berhenti di sudut jalan untuk menatap keindahan panorama danau Toba.

9. Penatapan Desa Tanjungan

Pulau Samosir

Sudah lewat tengah hari. Perut saya sudah mulai minta diisi. Di sepanjang jalan lingkar pulau Samosir yang sudah saya lewati memang tidak nampak kedai makan. Kondisinya tidak seperti lintasan jalur wisata yang ada di Pangururan – Tomok yang banyak kedai makan. Tapi untunglah di desa Tanjungan ada sebuah kedai singgah yang menjual minuman dan makanan, namanya Kafe Si Kembar. Meskipun yang tersedia hanya minuman botol dan makanan instan, tapi bagi saya sudah cukup membantu untuk mwngisi perut. Justru yang spesial dari kafe ini adalah pemandangan yang ditawarkan. Indah bukan main. Saya sampai betah berlama-lama, hanya menatap keindahan panorama danau Toba di kafe ini. Ditambah lagi ada alunan lagu Batak yang mendayu-dayu.

10. Danau Aek Natonang

Pulau Samosir

Tak jauh dari Kafe Si Kembar, ada simpang jalan menuju danau Aek Natonang. Ya, selain danau Sidihoni, danau Aek Natonang juga dikenal sebagai “Danau di atas Danau”. Disebut demikian karena danau Aek Natonang posisisnya di atas pulau Samosir, sedangkan kita pulau Samosir sendiri berada di atas danau Toba. Unik bukan? Aek Natonang artinya air yang tenang, sesuai namanya danau dengan luas +-42 hektar ini mempunyai air yang begitu tenang dan menenangkan. Danau ini berada di ketinggian +- 1.300 mdpl dan masuk dalam kawasan desa Tanjungan, kecamatan Simanindo, pulau Samosir. Kalau selama perjalanan tadi tak ada tiket masuk alias gratis, di danau ini kita harus membayar parkir sebesar Rp.2.000,- /motor dan tiket masuk Rp. 5.000,-/orang. Kawasan danau sudah dikelola oleh pemerintah kabupaten Samosir. Fasilitas di lokasi danau pun cukup lengkap, ada tempat berfoto kekinian ala Eropa, pondok-pondok santai di tepi danau, jalan setapak paping blok, jalur sepeda, demaga kecil, toilet, area kuliner serta kawasan souvenir.

11. Air Terjun Sampuran Na Pitu

Pulau Samosir

Setelah puas bersantai menikmati danau Aek Natonang, saya melanjutkan perjalanan menuju Tomok, tetapi belum lama berjalan, tampak sebuah air terjun yang berada di tepi jalan, namanya air terjun Sampuran Na Pitu atau sering disebut juga sebagai air terjun Sigarattung. Air terjun ini berada di desa Huta Ginjang, dusun III Sigarattung, kecamatan Simanindo, Samosir. Ada cerita rakyat yang menarik dari opung Rasmin Sitanggang yang saya jumpai saat di lokasi. Beliau bercerita bahwa air terjun Sampuran Na Pitu, oleh warga sekitar dianggap “keramat”. Hal ini karena terkait dengan kisah Si Boru Langgatan Situmorang, seorang putri cantik dan sakti anak dari raja bernama Raja Dapoton Situmorang Siringo. Karena kesaktiannya, ia tidak bisa/mau menikah. Tetapi ia tak kuasa menolak ketika dijodohkan orang tuanya dengan seorang putra dari Tomok. Di hari pernikahannya, sang putri menghilang saat iring-iringan perjalanan menuju Tomok. Di air terjun inilah sang putri raib bak ditelan bumi.

12. Desa Wisata Tomok

Pulau Samosir

Bisa dibilang, hampir semua wisatawan yang datang ke Samosir, pernah singgah di kawasan wisata Tomok. Sejak dulu Tomok sudah dikenal sebagai tujuan utama wisata pulau Samosir. Lokasinya yang berseberangan dengan kawasan wisata Parapat, daratan Sumatra, membuat Tomok selalu ramai dikunjungi wisatawan. Dibandingkan kawasan lain, Tomok sudah lebih modern. Di Kawasan ini kita bisa menyaksikan tarian Sigale-gale, Museum Batak, Makan Raja Sidabutar, patung dan kursi batu hingga pusat kuliner dan souvenir. Di kawasab Tomok ini saya hanya singgah sejenak untuk membeli beberapa souvenir khas Batak.

13. Tuktuk Siadong Resort

Pulau Samosir

Destinasi selanjutnya adalah Tuktuk Siadong. Sebuah kawasan resort yang lokasinya tak jauh dari Tomok. Tuktuk Siadong berada di pesisir pulau Samosir. Sejak tahun 1990 sudah dijuluki sebagai kampung turis. Di kawasan ini tersedia banyak sekali pilihan hotel, dari losmen, homestay hingga hotel berbintang. Selain penginapan, kawasan ini juga terdapat kafe, gallery souvenir, sewa motor, sewa sepeda dan paket wisata serta fasilitas pelancong lainnya. Menginap di kawasan Tuktuk tidak hanya sekedar menginap di tepian danau Toba, tetapi juga sebagai tempat untuk mengenal lebih dekat orang Batak dengan adat budayanya.

14. Tugu Sitio

Pulau Samosir

Hari mulai senja, dari Tuktuk saya melanjutkan perjalanan menuju Pangururan. Tetapi di tengah perjalanan, saya menyempatkan untuk singgah di sebuah Tugu Marga Batak, yaitu Tugu Sitio. Seperti kita ketahui, dari Raja Batak banyak sekali Marga keturunannya, salah satunya adalah marga Sitio. Marga Sitio berasal dari si Raja Parna. Keturunan Raja Parna ini sangat banyak dan dikenal taat dengan adat. Salah satunya tidak boleh saling menikah. Selain menggunakan marga Sitio, marga ini juga menggunakan marga Saragi (Toba) dan Saragih (Simalungun). Tugu ini berada tak jauh dari jalan masuk menuju pelabuhan Simanindo, Samosir. Tampak gerbang kawasan rumah khas Batak yang sejajar berhadapan dengan tulisan “Welcome to Lumban Sitio” sebagai ucapan selamat datang. Di ujung rumah-rumah Batak inilah lokasi Tugu Sitio.

Baca Juga : Soto Kesawan, Soto Legendaris Khas Medan

Sahabat lasak, usai sudah perjalanan saya mengelilingi pulau Samosir. Saya pun kembali ke titik awal perjalanan, yaitu jembatan Tano Ponggol dan bermalam di kawasan Aek Rangat, Pangururan. Sebenarnya ada banyak sekali tempat wisata di pulau Samosir dan cukup pupuler, seperti pantai Situngkir, Pantai Parbaba, Pantai Batu Hoda, Danau Sidihoni, Bukit Beta dan lainnya. Tetapi selain keterbatasan waktu, saya sengaja mengutamakan menjelajah di kawasan yang belum begitu dikenal tetapi mempunyai potensi wisata yang sangat bagus. Semoga kedepannya kawasan tersebut bisa lebih populer dan ramai pengunjung.

Rabu, 29 Desember 2021

“Lasaklah sejauh dan sebisa mungkin karena hidup bukan diam pada suatu tempat”

Kaki Lasak : Travel & Food Blogger






Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131