Select Page

Daya : ” Kabut !!! “
Saya : ” Tidak !!! “
Daya : ” Kabut !!! “
Saya : ” Tidak !!! “
Enam jam kemudian…..
Daya : ” Khannnn kabut !!! “
Saya : “Zxmhg#$?+&” (pura-pura lupa)

Sahabat lasak, cerita lasak kami kali ini jalan-jalan ke kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Kalau sudah berbicara tentang Samosir, tentu tidak bisa dipisahkan dengan danau Toba. Tapi perjalanan kami kali ini tidak seperti biasa. Saat tiba di Samosir,  kami nyaris tidak melihat danau Toba. Danau vulcano terbesar di dunia ini hilang tertutup asap. Huhu 🙁

Cerita 8 Sekawan

Kisah berawal ketika saya dan Awi hendak berwisata ke Samosir. Supaya lebih ramai dan hemat, saya mengajak beberapa kawan lainnya, yaitu Daya, Hans dan Dian. Lalu Dian mengajak kawannya, yaitu Nova dan Silvi. Kuota akhirnya full. Kami pun sharing cost menyewa mobil Avanza milik Sani Tanjung, sekaligus sebagai sopirnya.

Akhirnya waktu yang disepakati tiba. Sayangnya, keadaan kurang baik. Sudah dua hari kota Medan diselimuti  kabut asap kiriman. Karena tidak mungkin dibatalkan, akhirnya kami tetap jalan, dengan harapan asap tak sampai ke Samosir. Saya dan Awi berangkat dari Banda Aceh dengan bus malam. Setelah +- 12 jam perjalanan, akhirnya sampai di kota Medan. Tanpa mandi,  kami langsung ke titik kumpul. Lama juga kami saling tunggu, hingga akhirnya sekitar pukul 9 pagi kami berangkat. Walaupun kami semua baru saling kenal, tapi kami semua langsung akrab.

Sahabat lasak, yuk ikuti perjalanan kami selama 2 hari mengelilingi Samosir, sebuah negeri yang indah bak kepingan syurga.

Hari Pertama

1. Menara Pandang Tele

Dari kota Medan ke Samosir lumayan jauh. Jaraknya +- 185 km melalui Brastagi, Kabanjahe, Merek dan Jalan Sidikalang. Kondisi jalanan relatif mulus,  kecuali jalan lintas Sidikalang – Dolok Sanggul yang banyak lubang. Setelah +- 6 jam, akhirnya kami sampai di Menara Pandang Tele, destinasi pertama kami.

Menara Pandang Tele, berada di desa Turpuk Limbong, kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Menara ini salah satu tempat terbaik memandang danau Toba. Tapi sayang, danau Toba tak terlihat sama sekali. Kami hanya melihat hamparan kabut putih karena asap.

Tiket memasuki Menara Pandang Tele banyak mengalami perubahan, dari Rp. 2.000,- , lalu Rp. 5.000,- dan sekarang ini Rp. 7.000,- /orang.

Fasilitas di Menara Pandang Tele cukup lengkap. Ada kantin, toilet dan mushala. Di sini  kami beristirahat lumayan lama. Selain merenggangkan badan, kami mengisi perut yang sejak tadi keroncongan.

Baca juga : Segarnya Gegado Lampung

Salah satu bekal kami adalah telur dadar ala Korea buatan Hans.

2. Air Terjun Efrata

Tak mau terus terlena di Menara Pandang Tele, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya, yaitu air terjun Efrata. Air terjun ini tak jauh dari Menara Pandang Tele, yaitu di desa Sosor Dolok, kecamatan Harian, Harian, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Jalan yang kami lalui berkelok-kelok dan curam.

Pemandangan persawahan di desa Harian ini sangat indah. Hamparan padi yang mulai menguning tampak indah di sawah yang berundak-undak.

Setelah  berjalan +- 20 menit, akhirnya kami sampai ke air terjun Efrata yang eksotis. Air terjun Efrata ini di sebut juga dengan nama sampuran Efrata. Ketinggian air terjun +- 26 meter. Air tampak megah menjuntai. Rasanya asik sekali bermain-main di bawah air terjun. Apalagi saat tampias air menerpa wajah kami. Segar sekali.

Tiket parkir kendaraan di air terjun Efrata adalah Rp. 20.000,-/ mobil dan Rp. 7.000,- /orang.

Puas memandangi air terjun Efrata, perjalanan kami lanjutkan ke air terjun Nai Sogop.

3. Air Terjun Nai Sogop

Sahabat lasak, danau Toba memang dikelilingi oleh air terjun. Banyak sekali air terjun yang berada di sekitar danau Toba. Air terjun Nai Sogop atau Hadabuan Nai Sogop ini memang tidak sepopuler air terjun Efrata dan air terjun Sipiso-piso. Tapi keindahannya tak kalah mempesona. Air terjun Hadabuan Nai Sogop ini berada di desa Sarimarrihit, kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Inilah pintu gerbang menuju air terjun Hadabuan Nai Sogop. Kami semua tampak semangat.

Banyak hal menarik yang kami jumpai saat menuju air terjun Nai Sogop ini, diantaranya adalah rumah yang terbuat dari tanah dan juga rumah khas Batak yang masih di huni oleh penduduk setempat.

Rumah tanah ini usianya sudah mencapai +-250 tahun lebih. Rumah ini mungkin hanya satu-satunya rumah tanah yang ada di Samosir. Tidak hanya lantainya yang masih beralaskan tanah, tetapi dinding rumahnya juga terbuat dari tanah.

Rumah tua yang terbuat dari tanah ini dihuni oleh Opung Boina Boru Sagala. Opung Sagala ini sudah sangat tua.  Menurut salah satu cucunya, usianya sudah hampir 100 tahun.

Di rumah khas Batak inilah kami melapor, membayar tiket dan parkir kendaraan. Tiket masuk ke air terjun Nai Sogop adalah Rp. 7.000,- /orang.

Untuk sampai ke air terjun, kita harus berjalan kaki menyusuri perbukitan. Kondisi jalan yang menanjak membuat kami sedikit kelelahan.

Hans, Daya dan Awi. Mereka bertiga paling semangat menyusuri jalan setapak di perbukitan menuju air terjun Nai Sogop.

Setelah berjalan +- 20 menit, akhirnya kami sampai ke air terjun Nai Sogop. Cantik !!!

Baca juga : Pesona Air Terjun Peucari

Air terjun Hadabuan Nai Sogop ini terjun diantara tebing. Indah sekali.

Hari menjelang senja. Kami tidak bisa lagi berlama-lama. Setelah lumayan puas berfoto-foto, kami pamit dan berbalik arah menuju kota Pangururan. Panguruan adalah ibukota kabupaten Samosir. Di kota ini kami makan malam lalu check in  di salah satu penginapan di kawasan Aek Rangat, Samosir.

Hari Kedua

1. Bukit Kapur Aek Rangat

Sahabat lasak, udara di Pangururan, Samosir ini cukup sejuk. Jika malam, kisaran suhunya antara 15 – 18 derajat. Makanya cocok sekali jika malam hari kita berendam di air hangat alami yang ada di kawasan Aek Rangat ini.

Aek Rangat artinya air hangat. Di kawasan ini,  hampir setiap rumah menyediakan tempat untuk mandi air hangat. Ada yang berbentuk kolam renang dan ada yang hanya kolam mandi biasa. Biasanya kita mandi gratis dengan catatan kita belanja di kedai tempat kita mandi.

O iya, jika sedang berada di  Samosir, wajib kita coba sarapan spaghettinya orang Batak, yaitu Mi Gomak.

Mi Gomak ini menggunakan mi yang besar-besar atau disebut juga mi lidi, lalu di siram dengan kuah sayur lodeh.

Masih diseputaran Aek Rangat,  destinasi kami selanjutnya adalah bukit kapur. Area ini cukup luas dan sudah ada jalur trekking. Bukit ini merupakan bukit sumber air panas yang mengalir di kawasan Aek Rangat.

Berjalan di bukit kapur ini gratis,  karena ini adalah kawasan umum.

2. Pasir Putih Situngkir

Hari kedua di Samosir, suasana masih berkabut. Danau Toba masih tak terlihat, kecuali jika kita mendekat ke tepi danau. Untuk itu kami memilih pantai Pasir Putih Situngkir untuk menyapa danau Toba.

Pantai Pasir Putih Situngkir berada di desa Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Layaknya pantai di air laut, pantai di danau Toba juga mempunyai pasir. Di pantai ini banyak aktifitas yang bisa kita lakukan, seperti main banana boat, jetski dan perahu bebek.

Tiket masuk pantai adalah Rp. 3.000,-/orang. Di sini kami hanya sebentar saja, sekedar mencuci muka dengan air danau, lalu berjalan mengelilingi pantai.

3. Danau Sidihoni

Sahabat Lasak, pernah dengar tentang danau di atas danau? Nah, danau tersebut adalah danau Sidihoni, danau Sipalionggang dan danau Aek Natonang. Tapi pada kesempatan ini, kami hanya mengunjungi danau Sidihoni.

Perjalanan menuju danau Sidihoni sebenarnya tidak terlalu jauh dari kota Pangururan. Kita hanya berjalan ke arah bukit. Tetapi karena akses jalan yang kurang bagus akhirnya perjalanan kami menjadi lambat.

Inilah danau Sidihoni, danau di atas danau yang berada di Samosir. Danau ini tidak terlalu luas. Sehari-harinya, kawasan ini tidak terlalu ramai. Bahkan saat itu hanya kami yang berwisata ke danau Sidihoni.

Tiket masuk kawasan danau Sidihoni ini gratis. Kita tinggal parkir saja di tepi danau.

Selain danau, ada padang rumput yang cukup luas. Di padang rumput inilah kami bersantai. Tetapi di padang rumput ini kami tidak bisa leluasa. Ada beberapa kerbau yang sepertinya terusik melihat kedatangan kami.

Pemandangan padang rumput ini sangat indah. Di sinilah kami banyak berfoto.

Kerbau ini mengejar kami selagi di padang rumput. Kami yang sedang asik berfoto, sontak berlari karena di kejar kerbau.

Pernah dengar magic mushroom atau jamur tahi kerbau? Bagi sebagian orang di Samosir,  jamur yang tumbuh di kotoran kerbau atau sapi ini di jadikan bahan untuk mabuk / berhalusinasi.

Sahabat lasak, puas menikmati danau Sidihoni, kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, yaitu Pintu Batu.

4. Pintu Batu

Pintu Batu adalah sebuah kawasan tepian danau Toba. Lokasinya dekat dengan pelabuhan penyebrangan Pintu Batu – Sihotang, Samosir. Di kawasan ini terdapat sumber mata air panas. Tetapi tujuan kami kemari adalah untuk menikmati danau Toba dengan pemandangan gunung Sihotang. Sayangnya kabut asap masih menyelimuti kawasan ini.

Lokasi ini berada di belakang rumah makan Nasional Sampean Nauli Rianiate. Jadi kita hanya minta ijin dan membayar parkir atau singgah membeli makanan atau minuman di kedai ini.

Pintu Batu menjadi destinasi terakhir kami di Samosir. Sebelum akhirnya kami harus kembali ke Medan.

Akhir Perjalanan

Usai sudah perjalanan kami di Samosir. Negeri yang sangat indah bak kepingan surga. Meskipun kabut asap melanda, tapi keindahannya tetap menarik untuk dikunjungi. Setelah makan siang di kota Pangururan, kami berangkat menuju Medan. Artinya kami harus kembali menempuh perjalanan +- 6 jam. Tapi perjalanan tidak terasa lama karena sepanjang jalan kami banyak bercerita. Bahkan kami sempatkan singgah di kebun jeruk Berastagi.

Di Brastagi banyak sekali kebun jeruk petik sendiri. Jadi kita bisa makan sepuasnya dan hanya membayar jeruk yang kita bawa pulang.

Inilah cerita perjalanan kami selama 2 hari menjelajahi Samosir. Kerbersamaan selama 2 hari membuat kami berat untuk berpisah. Tetapi meskipun kami berpisah, pertemanan harus tetap terjalin.

Minggu, 19 April 2020

” Selama pandemi virus Covid-19, jangan lasak dulu ya, di rumah lebih baik”

Kaki Lasak : Travel & Food Blogger




 



Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131