Select Page

“Harum mewangi si daun pandan
Daun dipakai menanak nasi
Jika sahabat datang ke Medan
Saya siap tuk menemani”

Hallo sahabat lasak, tentu masih semangat dong memulai tahun 2020. Secara resolusi-resolusi yang sudah di buat untuk tahun 2020, harusnya sudah mulai dijalankan. Kalau saya resolusinya simpel dan selalu konsisten saya buat setiap tahun, yaitu berat badan kembali ke 63 kg. Hahaha.

Sahabat lasak, kali ini saya mau cerita tentang wisata santuy kami di kota Medan dan sekitarnya. Jadi beberapa waktu lalu, gak ada angin dan gak ada hujan, tiba-tiba sahabat saya dari Lampung mengirim pesan whatsapp kalau ia sedang berada di kota Medan. Namanya Chandra, kami dulu satu geng saat kuliah di Universitas Lampung. Mendengar kedatangannya di Medan saya senang dan gak sabar mau menjumpainya. Tapi, berhubung dia datang dalam rangka tugas negara, jadi waktunya sangat terbatas. Karena itu kami harus janjian dulu untuk berjumpa. Tentunya saya sudah siapkan itinerary wisata singkat kami nanti.

Welcome to Medan Ulun Lampung

Finally saya berjumpa dengan Chandra sahabat saya. “Welcome to Medan Chan”. Saya gak sendiri, saya ajak juga istri saya dan sahabat saya Fahmi. Untuk menghemat waktu, kami langsung gerak. Ngobrol-ngobrol nostalgia pun berlangsung sepanjang perjalanan. Waktu yang hanya setengah hari ini kami manfaatkan dengan baik. Kemana saja sih wisata kami di Medan ini? Maree kita ikuti satu persatu yes :).

Digital Library Universitas Negeri Medan (UNIMED)

Lokasi pertama yang kami kunjungi adalah Digital Library Universitas Negeri Medan yang ada di jalan William Iskandar Pasar V, Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebenarnya tempatnya masih di sekitar Medan, tapi secara administratif masuk ke kabupaten Deli Serdang. Kecuali Fahmi, kami semua pertama kali datang ke sini. Keinginan kemari karena penasaran juga dengan perpustakaan modern yang ada di kawasan kampus UNIMED ini. Konon Digital Library UNIMED ini memiliki koleksi 20.313 judul dan 58.800 exemplar berbagai disiplin ilmu. Koleksi ini ada yang dalam bentuk hardcopy dan juga softcopy.

Karena kami datang di hari libur, jadi perpustakaan ini tutup. Jadilah kami eksis berfoto di berbagai sudut gedung berlantai 5 ini. Tampilan gedung ini cantik juga loh, kalau saya lihat sih mirip kapal pesiar.

Vihara Maitreya Cemara Asri

Dari Digital Library UNIMED, kami lanjut ke lokasi kedua, yaitu Vihara Maitreya. Vihara ini lokasinya di komplek perumahan Cemara Asri. Karena lokasinya, maka Vihara ini lebih populer dengan nama Vihara Cemara Asri. Selain tempat ibadah pemeluk agama Budha, vihara ini dibuka untuk umum. Bagi kami yang muslim, kami datang untuk sekedar berfoto-foto di sekitar Vihara yang konon adalah vihara terbesar di Indonesia.

Kalau melihat foto-foto kami, siapa sangka kami ada di sekitaran Medan? Meski belum pernah ke negeri tirai bambu China, tapi aura yang kami rasakan seperti sedang berada di sana. Apalagi kawasan di kawasan Cemara Asri ini banyak tinggal etnis Tionghoa. Haiiyaaa…

Kolam Burung Cemara Asri

Sahabat lasak, bersebelahan dengan Vihara Maitreya Cemara Asri, kami berjalan kaki menuju Kolam Burung Cemara Asri. Sesuai namanya, kolam raksasa ini dipenuhi oleh berbagai macam burung yang tinggal secara liar. Menurut penjaganya, ada 10 jenis burung yang tinggal di kawasan kolam ini, diantaranya burung bangau putih, burung siberia, burung panglong, burung tiung air, burung ruak-ruak, belibis, merpati dan burung lainnya.

Kolam ini adalah kolam buatan loh. Dulunya berupa rawa-rawa yang oleh pengelola di perdalam membentuk kolam. Burung-burung yang tadinya hinggap bermigrasi, menjadi menetap di kolam ini. Tidak hanya aneka burung, di dalam kolam terdapat berbagai ikan, diantaranya ikan mas, ikan muzair, ikan lele raksana, ikan patin dan ikan lainnya.

Oiya sahabat lasak, selain burung dan ikan, di tepi kolam ini terdapat kandang 9 ekor ular piton yang dulu ditangkap dari kolam ini. Jadi semacam kebun binatang mini juga ya.

Masjid Al- Musannif

Tidak terasa waktu terus bergulir menjelang petang. Keluar dari komplek Cemara Asri kami singgah di sebuah masjid untuk shalat ashar. Masjid yang megah ini bernama masjid Al Musannif.

Lokasinya gak jauh dari pintu keluar komplek. Masjid bernuansa warna hijau ini mempunyai interior ukiran kaligrafi yang sangat indah. Masjid ini dibangun oleh pengusaha perumahan bernama Haji Anif Shah. Beliau terkenal sebagai pengusaha Medan yang sangat dermawan. Masjid dengan luas 6.800 meter persegi ini pernah menjadi masjid terbaik se Sumatra Utara di tahun 2008. Daya tampung masjid bisa menampung jemaah +- 1.500 orang. Wah, icon religi baru kota Medan loh ini.

Istana Maimun

Akhirnya, kami kembali “masuk” ke kota Medan, setelah 3 lokasi wisata yang kami datangi berada di Deli Serdang. Adalah Istana Maimun yang menjadi salah satu destinasi wajib kami. Secara gak lengkap dong kalau ke Medan gak mampir ke istana Kesultanan Deli kebanggaan kota Medan. Istana Maimun ini berada di jalan Sultan Ma’moen Al Rasyid No.66, A U R, kecamatan Medan Maimun. Istana Melayu ini di bangun oleh Sultan Mahmud Al Rasyid diatas lahan seluas 2.772 meter persegi. Istana dengan 30 ruangan ini dirancang oleh arsitek yang berasal dari Italia.

Sahabat lasak, memasuki istana Maimun ini kita dikenakan tiket sebesar Rp. 5.000,-. Di dalam istana ini terdapat sewa pakaian Melayu yang harganya mulai Rp. 15.000′-. Jadi kapan lagi bisa bergaya ala Sultan Melayu seperti yang dilakukan sahabat saya ini. Kereeen euy!.

Masjid Raya Al Mashun

Asik bercerita sambil berwisata, ga terasa waktu magrib akan segera tiba. Sesuai agenda yang sudah saya buat, lokasi terakhir wisata yang kami kunjungi adalah masjid Raya Al Mashun atau populer dengan nama masjid Raya Medan. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Deli ke-9, yaitu Sultan Ma’moen Al Rasyid Perkasa Alamsyah (bertahta tahun 1879-1924). Lokasinya gak jauh dari Istana Maimun, yaitu di jalan Sisingamangaraja No.61, Mesjid, Kecamatan Medan Kota.

Bengunannya yang unik berbentuk persegi delapan, membuat setiap sudut bangunan masjid ini sangat instagramable. Meski sudah lebih dari satu abad, masjid yang dibangun di tahun 1906-1909 ini masih sangat kokoh. Kami pun bergabung dengan jamaah lain untuk shalat magrib.

Durian Ucok

Sahabat lasak, shalat magrib kami di Masjid Raya Al Mashun tadi, belum mengakhiri wisata kami di kota Medan. Ending wisata kami adalah kulineran. Yes Durian Ucok adalah pilihan tepat. Di Durian Ucok ini, durian selalu ada di sepanjang tahun. Memang sih di setiap provinsi di Indonesia mempunyai raja buah ini. Tapi jika ke Medan, harus coba juga dong rasa durian Medan. Alamak sedap betul huhu.


Sahabat lasak, cerita saya ini semoga menginspirasi sahabat lasak yang singgah sejenak di kota Medan, entah itu sedang transit penerbangan, atau acara dinas seperti Chandra sahabat saya. Kota Medan mempunyai banyak sekali destinasi wisata, selain destinasi yang kami kunjungi tadi, ada beberapa tempat menarik yang recommended untuk di kunjungi, seperti Rumah Chong Afie, Kuil India Shri Mariamman, gereja Katholik Graha Maria Annai Velangkanni, penangkaran buaya Asam Kumbang, Rahmat International Wildlife Museum and Gallery, dan masih banyak lagi. Dengan waktu yang ada, kita bisa memilih tempat wisata yang menarik bagi kita. Yuk datang ke Medan :).

Sabtu, 18 Januari 2020

Lasaklah …  sebanyak,  sebisa dan sejauh mungkin,  karena hidup bukan diam di satu tempat”

#Kaki Lasak : Travel & Food Blogger





Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131