Select Page

Satu jam pertama :

“Masih jauh bang?”

“Sudah dekat dek, sabar ya, sini abang tuntun”

Setelah dua jam :

“Kira-kira masih lama lagi bang?”

“Kayaknya sih gak lama lagi dek, sabar ajalah lah…”

Setelah tiga jam :

“Bang, adek capek loh.., gak sampe-sampe pun!”

“Bah.. yodahlah istirahat dulu, tapi jangan lama-lama, biar kita gak jauh ketinggalan rombongan”

Empat jam berlalu :

“Abang…!!! tunggulah… adek gak sanggup lagi jalan, keram kaki adek huhu”

“Asik ngeluh aja dari tadi, tahan sikit kenapa!! lagipula siapa tadi yang maksa ikut? adek piker abang gak capek? kita semua capek!!”

“Owhhhh… ok bang! kek gini caranya ya, kalau gitu kita putos!!!”

Kabupaten Langkat – Sumatra Utara, memang kaya akan destinasi wisata alam. Perbukitan nan hijau, sungai yang jernih dan indahnya air terjun, adalah daya pikat bagi wisatawan yang suka menikmati suasana alam. Salah satu air terjun di pedalaman hutan Langkat yang memikat hati saya adalah air terjun Jodoh.

Keberadaan air terjun Jodoh mulai diekspos sekitar tahun 2014 oleh Pemandu Alam Rumah Galuh (Pelaruga). Nama Jodoh sebenarnya diambil dari bahasa Karo, yaitu Jo – Doh yang artinya Di – Sana. Konon maksudnya adalah penunjuk bahwa ada air terjun Di Sana. Nama lain air terjun Jodoh adalah air terjun Pelangi. Jika cuaca cerah, tampiasan air terjun akan menimbulkan pelangi yang indah.

Perjalanan ke Air Terjun Jodoh

Penasaran dengan keindahan air terjun Jodoh, saya bergabung dengan Komunitas Orang Indonesia (KOIN) untuk menjelajahi air terjun. Peserta cukup banyak, selain anggota komunitas ada juga beberapa anak muda pencinta alam yang ikut. Saya juga mengajak sahabat-sahabat saya, mereka adalah Sani Tanjung, Fitri Sipahutar, Fahmi, Ihsan, Eky dan Isro.

Sejak malam kami sudah berkumpul dan menginap di markas KOIN di Mencirim, Medan. Perjalanan dimulai jam 6 pagi. Titik kumpul kami adalah basecamp Pelaruga, di desa Rumah Galuh. Tim Pelarugalah yang akan memandu kami. Rute perjalanan kami adalah Medan – Binjai – desa Rumah Galuh, kecamatan Namu Ukur, kabupaten Langkat. Perjalanan tersebut memakan waktu +- 2 jam. Sebagian dari kami menggunakan mobil dan sebagian lainnya menggunakan sepeda motor.

tim Pelaruga

Sesampainya di desa Rumah Galuh, kami di sambut oleh tim Pelaruga. Kami di briefing dan dibagi dalam beberapa kelompok. Setelah semua tim siap, kami berkendara lagi menuju pos untuk memulai trekking di desa Pamah Semelir.

Baca juga : Ayam Pramugari, Ayam Gorengnya Aceh

Air Terjun Jodoh

Air terjun Jodoh berada di kawasan Taman Nasional Gunung Lauser (TNGL), tepatnya di desa Pamah Semelir, kecamatan Sei Bingei, kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Karena masuk dalam kawasan konservasi, kita harus melapor terlebih dahulu dengan Polisi Hutan TNGL.

Dan perjalanan panjang pun dimulai. Kami harus berjalan memasuki hutan TNGL selama +- 4 jam. Cukup lama, karena kami tidak terlatih sehingga berjalan tertatih-tatih. Medan yang dilalui cukup menantang dan butuh energi extra. Tak terhitung berapa tanjakan dan perbukitan yang kami lalui. Tak jarang pula kami melewati semak belukar karena tak ada jalur jalan setapak. Untungnya persediaan air cukup sehingga sangat membantu selama perjalanan.

Trekking dalam Hutan

Hutan TNGL masih sangat lebat. Pohon-pohon besar banyak kami jumpai di dalam hutan ini. Sesekali kami berhenti untuk beristirahat sambil menikmati suasana alam hutan nan asri. Setiap anggota kelompok harus berjalan beriringan. Jika ada yang berhenti, maka yang lain harus ikhlas menunggu. Support sesama anggota tim sangat berarti.

Suara gemercik air mulai terdengar, pertanda kami sudah dekat dengan air terjun. Kami memacu langkah lebih cepat. Kaki yang tadinya terasa pegal saat melangkah, menjadi terasa ringan. Hingga akhirnya kami sampai di tepi air terjun Jodoh. Kami semua takjub menatap keindahan air terjun Jodoh.

Air Terjun Jodoh I


Air Terjun Jodoh II


Air Terjun Jodoh III

Air terjun yang tingginya +- 60 meter ini mempunyai debit air yang cukup besar. Di sisi kanan air terjun, ada satu air terjun lagi yang lebih tinggi. Bahkan ketinggiannya tidak terukur karena terjun dari ketinggian jurang yang sangat curam.

Air Terjun Jodoh IV

Oiya, sahabat saya Fitri Sipahutar terpaksa kami tinggalkan di tengah jalan karena ia mengalami kram kaki. Fitri didampingi oleh seorang ranger Pelaruga, Agus dan Pipit dari KOIN. Mereka bertiga dengan sabar menyemangati Fitri untuk melanjutkan perjalanan. Fitri yang tadinya sudah menyerah, akhirnya terus berjalan meski pelan-pelan. Hingga akhirnya Fitri sampai dan menjadi peserta terakhir yang tiba di air terjun.

Fitri - Air Terjun Jodoh I


Air Terjun Jodoh II

Kami tidak bisa berlama-lama menikmati air terjun. Kami hanya diberi waktu +- 1 jam, supaya kami bisa kembali ke pos sebelum gelap.

Baca juga : Wisata Sehari di Takengon, Bisa Kemana Saja?

Cerita Indah Perjalanan

Perjalanan kami ke air terjun Jodoh menghadirkan banyak cerita. Ada yang merajuk karena kelelahan, ada juga yang mengomel karena kawannya berjalan lambat. Saya sendiri beberapa kali merasa kesal dan marah karena ditinggal rombongan. Dan kisah yang paling mengenaskan adalah pasangan yang pada awal perjalanan tampak mesra, tetapi saat pulang seperti orang tidak saling kenal. Sebaliknya ada yang tadinya tidak kenal, justru menjadi dekat dan mesra karena saling peduli selama perjalanan. Air terjun Jodoh memang (bukan) tempat mencari jodoh.

Kebersamaan Perjalanan

Betul kata orang-orang, kalau mau mengenal sifat asli kawanmu, ajaklah nge trip bareng. Bisa jadi yang kita tau orangnya sabar, ternyata gak sabaran. Begitu juga sebaliknya, sifat asli kita akan diketahui mereka. Tapi bukan berarti mengetahui kekeurangan sahabat kita membuat kita saling menjauh. Justru harusnya menjadikan kita lebih dekat karena kita jadi lebih faham sifat sahabat kita.

Sabtu, 15 Agustus 2020

” Di masa normal baru, tetap jalankan protokol kesehatan “

Kaki Lasak : Travel & Food Blogger






Follow Me :
Steemit @kakilasak
Facebook Kaki Lasak
Instagram kaki lasak
Website : kakilasak.com
Youtube : Kaki Lasak Crew
Whatsapp +6282166076131